MALIOBORO

wisata-jogja
Gambar 1.1 malioboro
Menyusuri Jalan Karangan Bunga dan Surga Cinderamata di Jantung Kota Jogja

Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Wisata Jogja Malioboro menjadi kembang pesonanya mampu menarik wisatawan Wisata Jogja. Tak hanya sarat kisah serta kenangan, Wisata Jogja Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.

Matahari bersinar terik saat ribuan orang berdesak-desakan di sepanjang Wisata Jogja Jalan Malioboro. Mereka tidak hanya berdiri di trotoar namun meluber hingga badan jalan. Suasana begitu gaduh riuh. Tawa membuncah, jerit klakson mobil, alunan gamelan kaset, hingga teriakan pedagang menjajakan makanan, mainan anak-anak berbaur menjadi satu. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya rombongan kirab yang ditunggu pun muncul.

Diawali oleh Bregada Prajurit Lombok Abang, iring-iringan kereta kencana mulai berjalan pelan. Kilatan blitz kamera, gemuruh tepuk tangan menyambut saat pasangan pengantin lewat. Semua berdesakan ingin menykasikan pasangan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara melambaikan tangan nan menebarkan senyum ramah. Inilah yang menjadi ciri khas Wisata Jogja Malioboro.
wisata-jogja
Gambar 1.2 malioboro
Itulah pemandangan saat rombongan kirab pawiwahan ageng putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X lewat dari Keraton Yogyakarta menuju Bangsal Kepatihan. Ribuan orang berjejalan memenuhi Wisata Jogja Jalan Malioboro dari utara ke selatan. Dalam bahasa Sansekerta, Wisata Jogja malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga.

Meski waktu terus bergulir jaman telah berubah, posisi Wisata Jogja Malioboro sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab perayaan tidak pernah berubah. Hingga saat ini Wisata Jogja Malioboro, Benteng Vredeburg, Titik Nol masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, masih banyak lainnya.
wisata-jogja
Gambar 1.3 malioboro
Sebelum berubah menjadi jalanan ramai, Wisata Jogja Malioboro hanyalah ruas jalan sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan kirinya. Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan. Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut.

Kelompok Tionghoa menjadikan Wisata Jogja Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan nan awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu. Melihat Wisata Jogja Malioboro berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Wisata Jogja Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Wisata Jogja Malioboro Anda bisa memborong aneka barang mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas permata hingga peralatan rumah tangga.
wisata-jogja
Gambar 1.4 malioboro
Bagi penggemar cinderamata, Wisata Jogja Malioboro menjadi surga perburuan asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga murah.

Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner penghubung Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Wisata Jogja Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari mereka pulalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan nang akhirnya sangat identik dengan Wisata Jogja Malioboro. Menikmati makan malam romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project akan menjadi pengalaman sangat membekas di hati.
wisata-jogja
Gambar 1.5 malioboro
Wisata Jogja Malioboro adalah rangkaian sejarah, kisah,kenangan saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah menyambanginya. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Wisata Jogja Malioboro terus berpendar hingga kini menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.

Keterangan: Karnaval serta acara yang berlangsung di Kawasan Malioboro biasanya bersifat insidental dengan waktu pelaksanaan tidak menentu. Namun ada beberapa kegiatan rutin diselenggarakan setiap tahun seperti Festival Kesenian Yogyakarta pada bulan Juni hingga Juli, serta Pekan Kebudayaan Tionghoa dilaksanakan berdekatan dengan perayaan tahun baru China (Imlek).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MALIOBORO"

Post a Comment