HUTAN PINUS PENGGER

wisata-jogja
Gambar 1.1 hutan pinus pengger
Land Art, Pinus, SenjaWisata Jogja yang menjadi ikon swafoto adalah Hutan Pinus Pengger. Namun, wanawisata sebenarnya menyimpan keindahan.

Jam Buka Wisata Jogja Hutan Pinus Pengger
Senin - Minggu: pukul 06.00 - 23.00 WIB

Tiket Masuk Pancarwara 2018
Sukarela
Tiket Masuk Masuk Sabrang Anindha 2018
Sukarela

Mulanya, hutan pinus tumbuh pada punggung bukit adalah hutan produksi biasa. "Sekitar tahun 2012," jelas Mas Sumar, Kepala Pengelola Hutan Pinus Pengger . Setelah dua tahun berjalan, produksi getah pinus berhenti pada tahun 2014 sampai vakum selama dua tahun. Namun pada tahun 2016, atas inisiatif warga, hutan kembali difungsikan sebagai wanawisata nang menjadi cikal bakal Pengger sekarang.
wisata-jogja
Gambar 1.2 hutan pinus pengger
Menapak antara warung jajanan, parkiran motor, hal pertama penangkap mata wisatawan adalah peta kawasan. pada peta hijau berukuran dua kali dua meter itu, terlihat bahwa kawasan  tersebut memang dikembangkan secara terencana menjadi sebuah tempat wisata. Fasilitasnya lengkap, mulai dari tempat makan, jajan, tempat ibadah, tempat swafoto, aula pertemuan, sampai tempat berkemah. Rencana ini terbilang sukses menarik perhatian masyarakat luas.

Sekarang, Pengger dikunjungi oleh beribu wisatawan tiap harinya. Data dari Sekertariat Hutan Pengger menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung harian berkisar pada angka 2000 orang. Samping itu, kesimpulan dapat ditarik dari jumlah hashtag #pinuspengger on Instagram yang jumlah tautan on google, masing-masing sudah mencapai 24.300 foto, 133.000 tautan. Tapak bebatuan tanah berundak berbentuk persegi pendaki diantara batang pinus menuntun penikmat Wisata Jogja sampai pada Asuma Padukarasa, satu dari enam karya land art Wisataa Jogja Pengger.

 Terbuat utamanya dari ribuan reranting lentur tanaman saliara (Lantana camara) disilangkan atau dipilin, karyanya berbentuk dasar sebuah gapura. Karyanya bisa dibilang menjadi gerbang spiritual bagi pengunjung Wisata Jogja Pengger sebab ia memang mencoba mendramatisir momen ketika pengunjung meninggalkan sejenak hingar-bingar kota nan masuk ke dalam tenangnya hutan untuk kembali melihat peduli pada alam.
wisata-jogja
Gambar 1.3 hutan pinus pengger
Kelima karya seni lainnya juga memuat pesan mulia sejenis. Sabrang Anindha, berbentuk dasar dua gubuk kerucut berhadapan nan atap menyatu, berpesan agar kita peduli pada sesama. Marmati, memiliki berbentuk kubus tumpul dan atap prisma berpesan bahwa semua manusia pasti pernah takut terhadap kematian. Pancarwara, berbentuk dasar tangan manusia, berpesan agar kita melindungi elemen-elemen alam untuk anak cucu kita.

 Sementara itu, Cetta Abhipraya berbentuk dasar tumpeng berpesan agar kita bersungguh-sungguh menuntut nan dermawan membagi ilmu. Akhirnya, Reresik Jagat berbentuk dasar sapu, mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan alam raya. Hampir semua pengertian mudah didapatkan, entah karena senimanya menjelaskan lengkap atau karyanya sendiri memang mudah diartikan; pengunjung tidak perlu berpusing-pusing.

Wisnu Ajitama adalah orang yang bertanggungjawab menciptakan keenam karya tersebut. Setelah baru saja menyelesaikan projek land art-nya menggunakan medium batu, secara kebetulan pada tahun 2017 ia berkunjung ke Pengger. "Saya diajak teman saya untuk say hello dengan teman lain disana," jelas Wisnu gunakan aksen Jawanya. Sesampai Pengger ia mendapatkan ide untuk membuat karya baru. Proses panjang, mulai dari perancangan, riset bahan, mediasi masyarakat, pembuatan secara gotong-royong, dorongan awal pria mengaku terinspirasi dari karya sastra akhirnya terealisasi. Mulai pameran karyanya berjudul Land Art Run Think Raket, lalu Telek Rencek-Recek, sampai akhirnya menjadi daya tarik utama destinasi Wisata Jogja Pengger.
wisata-jogja
Gambar 1.4 hutan pinus pengger
Karya Wisnu terutama menarik bagi mereka pencari titik swafoto. Selain karena karya itu sendiri, juga karena penempatan beberapa karya nan langsung menghadap lembah membuat hasil foto menjadi instagenic. Apalagi bila foto diambil petang hari saat lampu-lampu kota dibawah sana dan senja sedang indah-indahnya. Karya-karya Wisata Jogja Pengger menarik karena hal lain juga. Pertama, keenam karya sudah dijelaskan tidak terbuat dari benda mati, tetapi tumbuhan nan masih hidup sampai sekarang. 

Hal ini menjadi alasan mengapa bentuk karya Wisata Jogja Pengger tidak semuanya mirip rancangan awalnya. Cetta Abhipraya, misalnya, awalnya hanya berbentuk prisma berbentuk lingkaran ditengah. Akibat pertumbuhan saliara menjadi bahan utamanya, sekarang terdapat bagian berbentuk garpu bengkok pada kiri. Hal lain yang menarik adalah proses pembuatan setiap karya nang melibatkan tidak hanya seniman utamanya, tetapi juga masyarakat sekitar dan banyak kelompok dari luar dunia kesenian lainnya.

Bagaimana niat awal saya? Saat berada dibagian Cetta Abhipraya, saya menuju tepi bukit pagar bebatang pohon sebagai pengaman. Menghadap hamparan hutan tepat bawah dan lampu-lampu kota dibawahnya, merasakan hembusan angin, mendengar pinus bergesek karena angin,Wisatawan mendapatkan apa yang dicari sejak awal:simfoni warna senja.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HUTAN PINUS PENGGER"

Post a Comment