GEOFOREST WATU PAYUNG

wisata-jogja
Gambar 1.1 geoforest watu payung
Pengger Versi Update. Sudah banyak tahu mengenai Wisata Jogja Hutan Pinus Pengger, wanawisata favorit netizen. Namun hampir belum ada yang tahu tentang Wisata Jogja Geoforest Watu Payung, Wisata Jogja baru ini serupa tapi tak sama dengan Wisata Jogja Pengger.

Jam Buka Geoforest Watu Payung
Senin - Minggu: buka 24 jam

Kita semua sudah tahu Wisata Jogja Hutan Pinus Pengger, tempat Wisata Jogja yang sudah lebih dari setahun menjadi primadona di Yogyakarta. Pemandangannya memadukan teduhnya hutan pinus dengan indahnya lembah penuh cahaya membuat wisatawan Wisata Jogja rela berjauh-jauh datang ke sini, terutama pada petang hari. Karya-karya land art tersebar hutan ini makin menambah daya tariknya bagi wisatawan Wisata Jogja tidak sabar membagi momen liburan lini masa media sosial.

Namun, bagaimana dengan Geoforest Watu Payung? Terletak 27 KM ke arah tenggara titik 0 KM Yogyakarta, Wisata Jogja Geoforest Watu Payung adalah sebuah hutan jati tumbuh tepi jurang sebelah barat Pegunungan Sewu sekarang telah disulap menjadi sebuah tempat Wisata Jogja. Apa hubungannya hutan jati ini dengan Pengger? Bisa dibilang Wisata Jogja Watu Payung adalah Pengger versi update.
wisata-jogja
Gambar 1.2 geoforest watu payung
Pertama, keduanya sama-sama berada sedikit jauh dari Yogyakarta dan harus ditempuh dengan kendaraan sewaan. Bedanya, jalanan menuju Wisata Jogja Pengger lebih mudah ditempuh dan ramai dibandingkan jalanan menuju Wisata Jogja Geoforest, tidak hanya masih sepi tetapi juga lebih banyak tanjakannya dan lebih kasar jalanannya.

Keduanya Wisata Jogja tersebut punya sejarah paralel tetapi komposisi hutan berbeda. Seperti Wisata Jogja Pengger, Wisata Jogja Watu Payung dulunya juga merupakan hutan produksi kemudian dialih fungsikan menjadi objek Wisata Jogja. Bedanya, wisata Pengger terletak di Kabupaten Bantul adalah hutan pinus, sementara Geoforest dulunya adalah hutan produksi jati. Akibatnya, pertama terkesan lebih rindang dari yang kedua, apalagi pada musim kemarau. Lantai Wisata Jogja hutan Pengger juga kebanyakan adalah tanah, sementara lantai hutan Wisata Jogja Geoforest kebanyakan adalah bebatuan karang, menjelaskan dari mana nama hutan ini berasal.
wisata-jogja
Gambar 1.3 geoforest watu payung
Kedua Wisata Jogja itu juga sama-sama menawarkan pemandangan lembah nan indah. Wisata Jogja Wisata Pengger saat sore kita bisa menikmati hamparan hutan dan cahaya Yogyakarta di bawah. Kita bisa melihat dari atas matahari perlahan turun tepat depan mata kita. Tidak ada pemandangan sunset di sini, sebab matahari terbi sisi kiri sudut mata kita.
Keempat, Wisata Jogja Pengger dan Wisata Jogja Geoforest sama-sama telah disentuh tangan dingin Wisnu Ajitama bersama teman-temannya di Pandai Ruang. Seperti Wisata Jogja Pengger terkenal karena karya-karya land-art Wisnu, Wisata Jogja Geoforest juga sudah disulap Wisnu menjadi galeri karyanya masih konsisten berupa land art berbahan dasar tanaman saliara (Lana camara). Hanya saja, berbeda dengan Wisata Jogja Pengger dititipi Wisnu enam buah karya, Wisata Jogja Geoforest hanya memiliki empat buah karya yang ia kerjakan dengan bantuan teman-teman Pandai Ruang dan warga sekitar.
wisata-jogja
Gambar 1.4 geoforest watu payung
Kenapa saya menyebut Geoforest adalah Pengger versi update menandakan bukan hanya keberlanjutan, tetapi juga peningkatan? Sebab betul ada peningkatan. Dalam hal ini, peningkatan saya maksud adalah karya Wisnu Ajitama yang nampak semakin refined. Bila Wisata Jogja Pengger karya Wisnu masih terdiri dari gabungan bagian silangan dan pilinan, Wisata Jogja Geoforest ia sudah sama sekali meninggalkan bentuk menyilang terkesan kasar dan mengadopsi bentuk pilinan seluruhnya. Efek refined tersebut bersumber dari sini. Selain itu, peningkatan juga terjadi dari segi kecerdikan Wisnu menciptakan karyanya dengan memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan estetis di lokasi.

Wisata Jogja Pengger karya Wisnu bisa dipindah-pindahkan sesuka hati tanpa mengubah nilainya (kecuali Pancawara). Tepat di tempat tinggi itu tumbuh juga pohon sekarang yang menjadi rangka dalam Wisnu. Kualitas sama juga berlaku untuk karya lainnya, misalnya Goro-Goro tentu terinspirasi dari bentuk cekung tebing tempatnya berdiri. Harold Bloom, seorang kritikus sastra, menganggap ciri puisi yang baik adalah inevitablity, juga berlaku untuk cabang seni yang lain ternyata.
wisata-jogja
Gambar 1.5 geoforest watu payung
Kekurangan-kekurangan saya indikasikan di atas tentu akan diperbaiki oleh pengelola seiring berkembangnya objek ini. Samping tetap menjaga kekayaan geologisnya, jelas Agus Priyino (salah satu anggota Pandai Ruang) telah begitu baik menjadi guide sukarela saya saat berkunjung ke Geoforest, pengelola akan menyeimbangkan kesan gersang bebatuan karang dengan menanam tanaman perdu dan rumput. Selain itu, pengelola juga akan membangun jalan setapak lebih baik, tempat ibadah, dan tempat makan sehingga fasilitas disini tidak akan kalah dengan adanya di Wisata Jogja Pengger.

Kekurangan tidak mungkin diperbaiki hanya kondisi alamiah tumbuhan jati saat kemarau. Namun begitu, Wisnu malah menganggap kontras antara karya seninya sekarang dipamerkan di Wisata Jogja Geoforest dengan cabang-cabang jati beserta dedaunan kering gugur akan menimbulkan efek lain. "Efek meditatif," terangnya. Mendengar ini saya mengangguk, mengalihkan pandangan saya pada Andum Tumtum dan jati-jati masih hijau di atas. Saya mencoba membayangkan kemarau turun membayangkan bagaimana sensasinya melihat karya curvey Wisnu bersanding dengan cecabang jati tajam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "GEOFOREST WATU PAYUNG"

Post a Comment