PANTAI NGUNGAP
Gambar 1.1 pantai ngungap |
Jam Buka Pantai Ngungap
Senin - Minggu: buka 24 jam
Bagi seorang petualang, sebuah wisata pantai tidak harus memiliki pasir lembut atau air jernih untuk berenang, cukup sebuah suasana yang mendekatkan diri pada sang alam. Hal ini mungkin dirasakan oleh Franz Wilhelm Junghuhn (seorang penjelajah kenamaan asal Jerman) terkagum-kagum ketika menapaki wisata jogja pantai Ngongap (atau Ngungap) wisata Gunungkidul, Yogyakarta pada tahun 1856 silam.
Setelah berjalan berminggu-minggu melewati belantara tanah Jawa masih liar, akhirnya Junghung mencapai pesisir selatan Jawa yang terkenal liar, penuh deburan ombak langsung dari Samudra Hindia. Wisata pantai karang yang terjal inilah Junghuhn memetakan pemikirannya tentang keindahan alam, kekayaan tradisi, serta kemakmuran tanah Jawa yang penuh nuansa spiritualisme. Junghuhn pun mengabadikannya dalam sebuah lukisan berjudul "Sudkuste bei Rongkop", sebuah mahakarya justru terlupakan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Gambar 1.2 pantai ngungap |
Namun, semua kesulitan itu terbayar ketika kami sampai Pendopo tua tempat Junghuhn singgah 159 tahun lalu, tepat pinggir karang terjal dengan desiran ombak yang terus memanggil tanpa henti. Rasa takjub langsung terasa saat kami menyaksikan jejeran tebing karang seakan tidak berubah sejak tahun 1856, persis seperti dalam lukisan "Sudkuste bei Rongkop".
Gambar 1.3 pantai ngungap |
Luar biasa! Persis seperti diceritakan oleh Junghuhn dalam buku-bukunya, daerah karang dan lautan sekitar Wisata Jogja Pantai Ngongap masih menjadi surga bagi para burung berliur emas. Goa-goa di bawah karang menjadi rumah yang sempurna bagi burung walet (Aedromus sp), terlindung dari gangguan predator berusaha mencuri sarang mereka. Pada waktu-waktu tertentu, masyarakat sekitar memanfaatkan lokasi ini untuk memanen sarang burung walet harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram, namun dengan resiko yang juga tinggi.
Peralatan digunakan untuk mencapai gua harta karun ini kurang lebih sama dengan masa Junghuhn, hanya menggunakan tangga tali tambang masih tergantung dengan erat sebuah pohon besar dekat pendopo. Hidup-mati para pendulang liur emas ini bergantung hanya pada seutas tali sederhana ini, beserta kemurahan hati sang alam mereka tantang.
Gambar 1.4 pantai ngungap |
Menakjubkan!Dengan landscape luar biasa indah dan kekayaan alam yang sangat tinggi, kami pun tidak heran bagaimana wisata pantai tanpa pasir ini bisa memikat hati sang petualang. Barisan karang tajam dan deburan ombak kejam ternyata menyimpan harta karun berlimpah, terjaga dari tangan-tangan rakus agar bisa dinikmati oleh anak-cucu kita di masa depan.
Pada akhirnya, kami pun memahami perasaan sang Franz Wilhelm Junghuhn memutuskan untuk pindah selama-lamanya ke tanah Indonesia, tempat dulunya dianggap liar dan terasing, namun penuh dengan keindahan bagi sang petualang sejati.
0 Response to "PANTAI NGUNGAP"
Post a Comment